jurnal perekonomian indonesia
PENGARUH KEMISKINAN DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
TAHUN 2017
Oleh:
1 Bunga Ronti Munte,2 Dhea Nabila, 3 Inggrid Darlicha Sari, 4Santa
Naibaho, 5 Tohoma Mart
(Bungamunte17@gmail.com)
(mahasiswa program studi pendidikan ekonomi)
Universitas Negeri Medan Jl Willem Iskandar Pasar V
Medan Estate, 20221
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh kemiskinan dan indeks pembangunan manusia
terhadap peertumbuhan ekonomi di Provinsi sumatera utara. Data yang digunakan
adalah data sekunder,
dan termasuk
data satu tahun
yaitutahun 2017 di setiap kabupaten di Provinsi sumatera utara pada setiap variabel
yang digunakan. Data sekunder ini bersumber dari Badan Pusat Statistik sumatera utara . Metode analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan analisis
data dan analisis regresi linier menggunakan SPSS versi 0.20. Dalam model ini variabel independen yang
digunakan adalah Kemiskinan danindeks pembangunan ekonomi. Sedangkan variabel dependen adalah pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pertama, Kemiskinan dan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsisumatera utara. Dari persamaan
diketahui variabel kemiskinan menunjukkan koefisien sebesar 0,01% artinya jika terjadi
peningkatan kemiskinan sebesar 1% akan menurunkan ppertumbuhan ekonomi sebesar 0,01% berarti bahwa setiap peningkatan kemiskinan
akan menurunkan persentase pertumbuhan ekonomi di Provinsi sumatera
utara. Untuk
variabel kemiskinan yang diperoleh t lebih besar dari t tabel sehingga Ho
ditolak Ha diterima. Kedua, IPM menunjukkan
koefisien 0,07 berarti bahwa jika ada
perubahan pertumbuhan ekonomi 1% akan ada perubahan pada pertumbuhan ekonomi sebesar 0,07% berarti bahwa setiap perubahan IPM akan mempengaruhi persentase pertumbuhan ekonomi di Provinsi sumatera utara.
Kata kunci: Kemiskinan,
Pertumbuhan Ekonomi, dan Indeks Pembangunan Manusia.
PENDAHULUAN
Pada hakikatnya pembangunan adalah proses
perubahan yang berjalan secara terus menerus untuk mencapai suatu kondisi
kehidupan yang lebih baik, secara material maupun spiritual. Pembangunan
haruslah dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai
perubahan struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, serta institusi-institusi
nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan
ketimpangan pendapatan, dan pengentasan kemiskinan (Todaro dan Smith, 2006).
Sebagai suatu proses, pembangunan tentu saja dilakukan dengan melihat
kebutuhan-kebutuhan yang ada sekaligus merespon perubahan yang terjadi dalam
masyarakat dan tuntutan-tuntutan pergeseran waktu akibat berkembangnya
peradaban, sistem sosial kemasyarakatan, dan teknologi yang lebih maju.
Pada awalnya, pembangunan merupakan tugas dan
kewajiban yang dibebankan kepada pemerintah dan negara, masyarakat dianggap
pasif menjadi objek pembangunan. Belakangan ini, perspektif baru tentang
pembangunan berkembang, tidak lagi hanya memberikan beban kepada unsur
pemerintah, melainkan mulai mengikutsertakan masyarakat dan pihak-pihak ketiga
seperti dunia usaha serta pemangku kepentingan lainnya.
Paradigma pembangunan yang sedang berkembang saat
ini adalah pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan pembangunan manusia yang
dilihat dengan tingkat kualitas hidup manusia di setiap negara. Salah satu
tolok ukur yang digunakan dalam melihat kualitas hidup manusia adalah Pertumbuhan Ekonomi yang
diukur melalui kualitas tingkat pendidikan, kesehatan dan ekonomi (daya beli).
Melalui peningkatan ketiga indikator tersebut diharapkan akan terjadi
peningkatan kualitas hidup manusia. Hal ini dikarenakan adanya heterogenitas
individu, disparitas geografi serta kondisi sosial masyarakat yang beragam
sehingga menyebabkan tingkat pendapatan tidak lagi menjadi tolok ukur utama
dalam menghitung tingkat keberhasilan pembangunan, namun demikian, keberhasilan
pembangunan manusia tidak dapat dilepaskan dari kinerja pemerintah yang
berperan dalam menciptakan regulasi bagi tercapainya tertib sosial.
Pemerintah sebagai pelaksana pembangunan tentunya
membutuhkan modal manusia yang berkualitas sebagai modal dasar pembangunan.
Untuk menghasilkan manusia yang berkualitas diperlukan upaya-upaya untuk
meningkatkan kualitas SDMnya. Adapun kualitas manusia dapat diukur melalui
Indeks Pembangunan Manusia. (Mulyadi, 2003) menyatakan bahwa peningkatan
kualitas manusia dapat dipenuhi dengan berbagai kebijakan, yaitu pembangunan
pendidikan akan memperhatikan arah pembangunan ekonomi dimasa yang akan datang,
pembangunan kesehatan mendapat perhatian dengan menanamkan budaya hidup sehat
serta memperluas cakupan dan mutu pelayanan kesehatan, untuk penduduk miskin
peningkatan kualitasnya dilakukan dengan memberikan keterampilan praktis,
menumbuhkan sikap produktif serta mendorong semangat keswadayaan dan
kemandirian untuk bersama melepaskan diri dari kemiskinan menekan laju
pertumbuhan penduduk dengan meningkatkan pelaksanaan gerakan KB, meningkatkan
keseimbangan kepadatan dan penyebaran penduduk.
Menurut (Ginting, 2008) me-nyatakan pembangunan manusia
di Indonesia adalah identik dengan pengurangan kemiskinan. Investasi dibidang
pendidikan dan kesehatan akan lebih berarti bagi penduduk miskin dibandingkan
penduduk tidak miskin, karena aset utama penduduk miskin adalah tenaga kasar mereka.
Tersedianya fasilitas pendidikan dan kesehatan murah akan sangat membantu untuk
meningkatkan produktivitas masyarakat, dan pada gilirannya meningkatkan
pendapatan masyarakat tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pembangunan manusia belum secara optimal dilakukan karena hanya terfokus pada
pengurangan kemiskinan.
Peningkatan pembangunan manusia
dapat dicermati dari angka IPM. (Arif, 2012) dalam penelitiannya menyatakan IPM
merupakan salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk menilai kualitas
pembangunan manusia, baik dari sisi dampaknya terhadap kondisi fisik manusia
(kesehatan dan kesejahteraan) maupun yang bersifat non-fisik (intelektualitas).
IPM disusun dari komponen
pembangunan manusia yang dianggap menjadi dasar yaitu ketahanan hidup/usia,
diukur dengan harapan hidup pada saat lahir, pendidikan yang dihitung
berdasarkan tingkat rata-rata melek huruf dikalangan penduduk dewasa dan angka
rata-rata lama sekolah, kualitas standar hidup yang diukur berdasarkan
pendapatan perkapita riil yang disesuaikan dengan paritas daya beli dari mata
uang domestik di masing - masing negara (BPS, 2012).
Posisi manusia selalu menjadi
tema sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. United Nations
Development Program (UNDP) telah menerbitkan suatu indikator yaitu IPM
untuk mengukur kesuksesan pembangunan dan kesejahteraan suatu negara atau
wilayah dalam bidang pembangunan manusia. Indikator angka harapan hidup
mengukur kesehatan, indikator angka melek huruf penduduk dewasa dan rata-rata
lama sekolah mengukur pendidikan, dan indikator daya beli mengukur standar
hidup. Ketiga indikator tersebut saling mempengaruhi satu sama lain, selain itu
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti ketersediaan kesempatan kerja
yang ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi, infrastruktur dan kebijakan
pemerintah sehingga IPM akan meningkat.
Provinsi Sumatera Utara memiliki laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi
setiap tahunnya. Dengan demikian memiliki potensi sumber daya manusia yang siap
untuk diberdayakan.
Perkembangan penduduk miskin di
Provinsi Sumatera Utara dari tahun ke tahun
berfluktuatif sehingga diperlukan beberapa program guna meminimalisasi tingkat
fluktuasinya, dengan demikian pembangunan manusia dapat lebih stabil.
Kemiskinan dapat menjadikan efek yang cukup serius bagi pembangunan manusia
karena masalah kemiskinan merupakan sebuah masalah yang kompleks yang
sebenarnya bermula dari kemampuan daya beli masyarakat yang tidak mampu untuk
mencukupi kebutuhan pokok sehingga kebutuhan yang lain seperti pendidikan dan
kesehatan terabaikan. Hal tersebut menjadikan gap pembangunan manusia diantara
keduanya pun menjadi besar dan pada akhirnya target capaian IPM yang ditentukan
oleh pemerintah menjadi tidak terealisasikan dengan baik.
Peran pemerintah dalam
meningkatkan IPM juga dapat berpengaruh melalui realisasi belanja negara dalam pelayanan publik. Peran pemerintah
dalam kebijakan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal didasarkan
pada pertimbangan bahwa daerahlah yang lebih mengetahui kebutuhan dan standar
pelayanan bagi masyarakat di daerahnya, sehingga pemberian otonomi daerah
diharapkan dapat memacu peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah melalui
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi daerah dipengaruhi
secara positif dan signifikan oleh pembangunan manusia.
Melihat fenomena diatas, pembangunan manusia atau
peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi hal yang sangat penting dalam
strategi kebijakan pembangunan Provinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan uraian ini, maka permasalahan yang
akan di lihat dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah pengaruh kemiskinan dan
pertumbuhan IPM terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara?
Dan adapun tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pengaruh kemiskinan dan IPM terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Provinsi Sumatera Utara.
TELAAH PUSTAKA
A.
Kemiskinan
Secara etimologis, “kemiskinan” berasal dari kata
“miskin” yang artinya tidak berharta benda dan serba kekurangan. Badan Pusat Statistik
mendefinisikan sebagai ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar
minimal untuk hidup layak (BPS, 2012) lebih jauh disebutkan kemiskinan
merupakan sebuah kondisi yang berada dibawah garis nilai standar kebutuhan
minimum, baik untuk makanan dan non makanan yang disebut garis kemiskinan (proverty
line) atau disebut juga batas kemiskinan (poverty treshold).
Menurut (Yacoub, 2012) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar, karena
kemiskinan menyangkut pemenuhan kebutuhan yang paling mendasar dalam kehidupan
dan kemiskinan merupakan masalah global karena kemiskinan merupakan masalah
yang dihadapi banyak negara.
Menurut (World Bank, 2004) salah satu sebab
kemiskinan adalah karena kurangnya pendapatan dan aset (lack of income and
assets) untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, perumahan,
tingkat kesehatan dan pendidikan yang dapat diterima (acceptable). Di
samping itu kemiskinan juga berkaitan dengan keterbatasan lapangan pekerjaan
dan biasanya mereka yang dikategorikan miskin (the poor) tidak memiliki
pekerjaan (pengangguran), serta tingkat pendidikan dan kesehatan mereka pada
umumnya tidak memadai.
Menurut (Adisasmita, 2005) indikator-indikator
kemiskinan yang digunakan secara umum adalah tingkat upah, pendapatan,
konsumsi, mortalitas anak usia balita, imunisasi, kekurangan gizi anak, tingkat
fertilitas, tingkat kematian ibu, harapan hidup rata-rata, tingkat penyerapan
anak usia sekolah dasar, proporsi pengeluaran pemerintah untuk pelayanan
kebutuhan dasar masyarakat, pemenuhan bahan pangan (kalori/protein), air
bersih, perkembangan penduduk, melek huruf, urbanisasi, pendapatan per kapita,
dan distribusi pendapatan.
Tolok ukur kemiskinan bukan hanya hidup dalam
kekurangan pangan dan tingkat pendapatan yang rendah, akan tetapi melihat
tingkat kesehatan, pendidikan dan perlakuan adil dimuka hukum dan sebagainya
(Adisasmita, 2005).
B. Indeks
Pembangunan Manusia (IPM)
Kalimat pembuka pada Human Depelovment Report (HDR)
pertama yang dipublikasikan oleh UNDP tahun 1990 secara jelas menekankan arti
pentingnya pembangunan yang berpusat pada manusia yang menempatkan manusia
sebagai tujuan akhir dan bukan sebagai alat pembangunan. Pembangunan manusia
adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan tersebut, pilihan yang
terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan,
dan untuk mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup
secara layak (BPS, 2012).
Pembangunan manusia adalah sebuah proses perluasan
pilihan bagi manusia, khususnya dalam mengakses hasil pembangunan seperti
memperoleh pendapatan, kesehatan, dan pendidikan. Pembangunan manusia sebagai
ukuran kinerja pembangunan secara keseluruhan dibentuk melalui tiga dimensi
dasar, yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan yang layak. Dimensi umur
panjang dan sehat dipersentasikan oleh indikator angka harapan hidup, dimensi
pengetahuan dipersentasikan oleh indikator angka melek huruf dan rata-rata
lamanya sekolah, sementara dimensi kehidupan yang layak dipersentasikan oleh
indikator kemampuan daya beli (BPS, 2012).
C. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka
panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan
penduduk (Jhingan, 2007). Pertumbuhan Ekonomi adalah salah satu indikator yang
digunakan untuk mengukur prestasi ekonomi suatu negara. Dalam kegiatan ekonomi
sebenarnya, pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan ekonomi fisik. Beberapa
perkembangan ekonomi fisik yang terjadi di suatu negara adalah pertambahan
produksi barang dan jasa, dan perkembangan infrastruktur. Semua hal tersebut
biasanya diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu
negara dalam periode tertentu.
Menurut (Todaro dan Smith, 2006) ada tiga faktor
utama dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu :
a) Akumulasi modal termasuk semua investasi baru
yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal, dan sumber daya manusia (human
resources). Akumulasi modal akan terjadi jika ada sebagian dari pendapatan
sekarang ditabung yang kemudian diinvestasikan kembali dengan tujuan untuk
memperbesar output dimasa-masa mendatang. Investasi juga harus disertai dengan
investasi infrastruktur, yakni berupa jalan, listrik, air bersih, fasilitas
sanitasi, fasilitas komunikasi, demi menunjang aktivitas ekonomi produktif.
Investasi dalam pembinaan sumber daya manusia dapat meningkatkan kualitas modal
manusia, sehingga pada akhirnya akan membawa dampak positif yang sama terhadap
angka produksi, bahkan akan lebih besar
lagi mengingat terus bertambahnya
jumlah manusia. Pendidikan formal, program pendidikan dan pelatihan kerja perlu
lebih diefektifkan untuk mencetak tenaga-tenaga terdidik dan sumber daya
manusia yang terampil.
b) Pertumbuhan penduduk dan angkatan
kerja. Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah
angkatan kerja (labor force) secara tradisional telah dianggap sebagai
faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin
banyak angkatan kerja semakin produktif tenaga kerja, sedangkan semakin banyak
penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestiknya.
c) Kemajuan Teknologi. Kemajuan teknologi
disebabkan oleh teknologi cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki
dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional. Ada 3 klasifikasi kemajuan
teknologi, yakni :
1) Kemajuan teknologi yang bersifat
netral, terjadi jika tingkat output yang dicapai lebih tinggi pada kuantitas
dan kombinasi-kombinasi input yang sama.
2) Kemajuan teknologi yang bersifat hemat tenaga
kerja (labor saving) atau hemat modal (capital saving), yaitu
tingkat output yang lebih tinggi bisa dicapai dengan jumlah tenaga kerja atau
input modal yang sama.
D. Pengaruh Kemiskinan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya
peranan pemerintah terutama dalam meningkatkan kemiskinan
dan mendorong penelitian dan pengembangan
untuk meningkatkan produktivitas manusia. Kenyataannya dapat dilihat dengan
melakukan investasi pendidikan akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya
manusia yang diperlihatkan dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan
seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuan dan
keahliannya akan meningkat sehingga akan mendorong peningkatan produktivitas
kerjanya. Perusahaan akan memperoleh hasil yang lebih banyak dengan
mempekerjakan tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi, sehingga
perusahaan juga akan memberikan gaji yang lebih tinggi kepada yang
bersangkutan. Di sektor informal seperti pertanian, peningkatan keterampilan
dan keahlian tenaga kerja akan mampu meningkatkan hasil pertanian, karena
tenaga kerja yang terampil mampu bekerja lebih efisien. Pada akhirnya seseorang
yang memiliki produktivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang
lebih baik, yang diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupun
konsumsinya. Rendahnya produktivitas kaum miskin dapat disebabkan oleh
rendahnya akses mereka untuk memperoleh pendidikan (Rasidin dan Bonar, 2004).
Kemiskinan absolut adalah sejumlah penduduk yang
tidak mampu mendapatkan sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar,
penduduk hidup di bawah tingkat pendapatan riil minimum atau dapat dikatakan
hidup di bawah garis kemiskinan internasional (Todaro dan Smith, 2006).
Tingkat kesehatan dan pendidikan dapat
mempengaruhi kemiskinan. Perbaikan di bidang kesehatan yang dilakukan
pemerintah dapat meningkatkan kesehatan masyarakat, dan anak-anak usia sekolah
dapat bersekolah dan menerima pelajaran dengan baik. Tingkat pendidikan membuat
pekerja mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang selanjutnya menyebabkan
produktivitas meningkat dan pendapatannya juga meningkat. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan ekonomi akan meningkat yang kemudian akan menyebabkan tingkat
kemiskinannya berkurang.
Terdapat hubungan penting antara pertumbuhan ekonomi dan
kapasitas pendapatan produktif. Pendapatan merupakan penentu utama dan hasil
dari pembangunan manusia. Orang miskin menggunakan tenaga mereka untuk
berpartisipasi dalam pertumbuhan ekonomi, tetapi kemiskinan akibat kurangnya
pendidikan, serta gizi dan kesehatan yang buruk mengurangi kapasitas mereka
untuk bekerja. Dengan demikian, akibat rendahnya IPM adalah orang miskin tidak
dapat mengambil keuntungan oportunitas pendapatan produktif karena terjadinya
pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, penyediaan pelayanan sosial dasar
merupakan unsur penting dalam penanganan kemiskinan (Kanbur dan Squire,1999).
E. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat pendapatan dan IPM mempunyai korelasi yang
luas. Namun pertumbuhan pendapatan tidak secara otomatis meningkatkan IPM.
Demikian pula, perbaikan kesehatan dan pendidikan yang menyebabkan peningkatan
IPM tidak selalu mengarah pada peningkatan pendapatan. Hal ini disebabkan
sumber daya yang dihasilkan oleh pertumbuhan ekonomi tidak dapat digunakan
untuk mempromosikan perbaikan indikator lainnya. Selain itu, struktur dan
proses yang terjadi di masyarakat tidak dapat memberikan manfaat bagi kaum
miskin. Misalnya, berbagai peningkatan hasil panen hanya menguntungkan pemilik
tanah dan bukan tenaga kerja. Akan tetapi, kondisinya bisa berubah. Masyarakat
miskin dapat memperoleh manfaat ganda dari pertumbuhan pendapatan serta
peningkatan IPM jika pemerintah mau menggunakan manfaat dari pertumbuhan untuk
membiayai pelayanan kesehatan dan akses pendidikan masyarakat miskin tersebut.
Selain itu, struktur dan proses yang ada dimasyarakat sudah tepat, sehingga
manfaat pertumbuhan ekonomi juga dinikmati kaum miskin. Menurut World
Development Report, kemajuan pada kedua bidang saling memperkuat satu sama lain
dan yang satu tanpa yang lain tidak cukup (Kanbur dan Squire, 1999).
METODE
PENELITIAN
Lokasi tempat penelitian ini adalah Provinsi Sumatra
Utara. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Medan dan dengan menggunakan data
tahun 2017.
Tujuan menggunakna data tersebut adalah agar dapat menghasilkan kesimpulan yang
benar dan akurat.
Jenis data yang digunakan dalam peneliotian ini adalah
data cross section, yaitu data yang dikumpulkan pada suatu titik waktu
(kuncoro,2013). Sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Data yang
dipilih adalah data kemiskinan, laju pertumbuhan ekonomi, dan Indeks
Pembangunan Manusia di Provinsi Sumatra Utara pada tahun 2017. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi-instansi terkait
lainnya pada tahun 2017.
Metode
Analisis Data
Analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Analisis
kuantitatif digunakan untuk mengetahui pengaruh kemiskinan dan pertumbuhan
ekonomi terhadap indeks pembangunan manusia (IPM) di Provinsi Sumtra Utara.
Untuk menganalisa pengaruh terhadap analisa data ini dilakukan dengan
menggunakan model regresilinear berganda dengan menggunakan fasilitas program
SPSS versi 20.0 (Statistic Package for
Social Sciences). Dalam model
atau persamaan tersebut pengaruh kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi terhadap
IPM dapat digambarkan dalam suatu bentuk fungsi sebagai berikut :
Y=f(X1,X2)
Dimana:
Y =
Pertumbuhan Ekonomi (%)
X1 =
Kemiskinan (%)
X2 = Indeks
Pembnagunan Manusia (IPM) (%)
Selanjutnya
model diatas akan dimasukkan kedalam persamaan regresilinear berganda
(Hasan,2015) :
Y
= β0 + β1X1 + β2X2 + u
Dimana:
Y =Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) (%)
X1 =Kemiskinan
(%)
X2 =Pertumbuhan
Ekonomi (%)
Î’o = Konstanta
β1,β2 =Koefisien Regresi
u
=Variabel
Pengganggu (residual)
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil analisis dan berguna untuk
melihat pengaruh antara variabel kemiskiinan dan indeks pembangunan terhadap
variabel pertumbuhan ekonomi. Hasil analisis menggunakan regresi linier
diperoleh dengan menggunakan program SPSS versi 20.0. Adapun hasil analisis
regresi linear berganda dan uji asumsi klasik yang diperoleh dari pengujian
menggunakan program SPSS sebagai berikut;
Uji
Pengujian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sumatera Utara
Berdasarkan analisis regresi
sederhana yang telah diuji menggunakan SPSS 20.0 maka diperoleh persamaan
regresi sederhana sebagai berikut;
LOG10Y = 4,663 + 0,01 + 0,07 X2 + e
Uji
Silmutas ( Uji F )
ANOVAa
|
||||||
Model
|
Sum of Squares
|
df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
|
1
|
Regression
|
.104
|
2
|
.052
|
.218
|
.806b
|
Residual
|
7.152
|
30
|
.238
|
|||
Total
|
7.256
|
32
|
Dari hasil pengelolahan data dengan
melakukan uji silmutan atau ( Uji F ) maka silmutan variabel kemiskinan dengan
indeks pembangunan manusia terhadap variabel pertumbuhan. Untuk menentukan
nilai F tabel , maka digunakan tingkat signifikan 5%.
Hasil perhitungan Uji F yang
diperoleh bahw kemiskinan dan indeks pertumbuhan ekonomi secara bersama-sama
maupun menjelaskan pertumbuhan ekonomi di sumatera utara. Hal ini dijelaskan
dengan nilai Fhitung > Ftabel dimana nilai F hitung 2,18 > F tabel 2,03.
Dimana nilai signifikan f yaitu 0,806 lebih besar dari 0,05 sehingga kemiskinan
dan indeks pembangunan manusia secara
silmutan atau seempak pengaruhi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi du
sumatera utara.
Uji
Parsial ( Uji T )
Coefficientsa
|
||||||||
Model
|
Unstandardized
Coefficients
|
Standardized
Coefficients
|
t
|
Sig.
|
Collinearity
Statistics
|
|||
B
|
Std.
Error
|
Beta
|
Tolerance
|
VIF
|
||||
1
|
(Constant)
|
4.663
|
1.286
|
3.627
|
.001
|
|||
x1
|
.001
|
.002
|
.082
|
.428
|
.672
|
.905
|
1.105
|
|
x2
|
.007
|
.019
|
.066
|
.346
|
.731
|
.905
|
1.105
|
Dari
hasil pengolahan data dengan
menggunakan uji parsial (uji t) maka untuk menentukan nilai t statistik tabel
digunakan tingkat signifikan 5%.
Berdasarkan dari analisis regresi diperoleh data
mengenai perhitungan masing-masing variabel Kemiskinan dan Indeks
Pembangunan Manusia Terhapa Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara, dimana :
a) Dari hasil pengolahan data
menunjukkan t hitung variabel kemiskinan adalah 3,627 dan t tabel 3,316 sehingga diperoleh kesimpulan thitung > ttabel.
Hal ini juga dijelaskan oleh nilai signifikan uji t yang diperoleh yaitu
signifikan 0,01 dengan standar signifikan 0,05 maka nilai signifikan kemiskinan
lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa secara parsial kemiskinan berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomidi
Provinsi Sumatera Utara.
b) Dari hasil pengolahan data menunjukkan t hitung
variabel Indeks Pembangunan Manusia adalah 3,676 dan t tabel 3,315 sehingga diperoleh kesimpulan thitung > ttabel. Hal ini juga dijelaskan oleh signifikan
uji t yang diperoleh yaitu signifikan 0,614 dengan standar signifikan 0,05 maka nilai signifikan indeks pembanguna manusia lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti indeks pembanguna manusia tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan perubahan ekonomi di
Provinsi sumatera utara . Hal ini berarti indeks pembangunan ekonomi tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi sumatera
utara.
Pembahasan
Pengaruh Kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonomi
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa
Kemiskinan berpengaruh dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di
Provinsi sumatera utara. Dari persamaan diketahui variabel kemiskinan menunjukkan koefisien
sebesar 0,01 artinya jika terjadi kenaikan kemiskinan sebesar 1% maka akan menurunkan
IPM sebesar 1% artinya setiap peningkatan Kemiskinan akan menurunkan persentase Pertumbuhan Ekonomi di
Provinsi sumatera utara. Untuk variabel kemiskinan diperoleh t hitung lebih besar dari t tabel
sehingga Ho ditolak Ha diterima.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
kemiskinan absolut dimana sejumlah penduduk yang tidak mampu mendapatkan sumber
daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, penduduk hidup dibawah
pendapatan rill minimum atau dapat dikatakan hidup dibawah kemiskinan
Internasional. (Todaro dan Smith, 2006).
Jika garis kemiskinan semakin meningkat dan
manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka maka akan terciptanya
lingkaran setan dimana akan terlihat dari rendahnya pendapatan nyata sehingga
akan mengakibatkan permintaan menjadi rendah sehingga investasi juga rendah dan
dapat mengurangi produktivitas. Selain itu, lingkaran setan juga menyangkut
keterbelakangan manusia dan sumberdaya alam, dimana perkembangan sumberdaya
alam itu tergantung pada kemampuan produktivitas manusianya. Jika tingkat
kemiskinannya tinggi maka manusia tidak akan mampu untuk memperoleh pendidikan
sehingga terciptalah penduduk yang terbelakang dan buta huruf sehingga
kemampuan untuk mengolah sumberdaya alam yang produktif tidak terpenuhi bahkan
terbengkalai atau salah guna (Todaro dan Smith, 2006).
Berpengaruhnya tingkat kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Sumatera Utara ini sesuai dengan teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya peranan
pemerintah terutama dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan mendorong penelitian dan
pengembangan untuk meningkatkan produktivitas manusia. Kenyataannya dapat
dilihat dengan melakukan investasi pendidikan akan mampu meningkatkan kualitas
sumber daya manusia yang diperlihatkan dengan meningkatnya pengetahuan dan
keterampilan seseorang. Perusahaan akan memperoleh hasil yang lebih banyak
dengan mempekerjakan tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi, sehingga
perusahaan juga akan memberikan gaji yang lebih tinggi kepada yang bersangkutan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Chalid dan Yusuf, 2014) dimana diperoleh hasil penelitian
tingkat kemiskinan berpengaruh negatif terhadap Pertumbuhan
Ekonomi.
Pengaruh IPM terhadap Pertumbuhan
Ekonomi
Pada penelitian ini diperoleh hasil menggunakan
analisis regresi berganda menggunakan program SPSS 20.0. Dari hasil penelitian
ini diperoleh persamaan variabel pertumbuhan ekonomi menunjukkan koefisien
sebesar 0,07
artinya jika terjadi perubahan pertumbuhan ekonomi sebesar 1% maka akan terjadi
perubahan terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,07% artinya setiap perubahan pertumbuhan ekonomi
akan mempengaruhi persentase pertumbuhan ekonomi di Provinsi sumatera utara. Untuk variabel pertumbuhan ekonomi diperoleh t
hitung lebih kecil dari t tabel sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Dimana
pada penelitian ini tidak ditemukan pengaruh antara pertumbuhan ekonomi
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi
sumatera utara sehingga hasil penelitian tidak dapat di interprestasikan.
Namun demikian perlu diperhatikan bahwa pertumahan ekonomi menunjukkan
sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan
masyarakat pada suatu periode tertentu. Perekonomian dianggap mengalami
pertumbuhan bila seluruh balas jasa riil terhadap penggunaan faktor produksi
pada tahun tertentu lebih besar dari tahun sebelumnya. Indikator yang digunakan
untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan (Chalid dan Yusuf, 2014).
Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka akan
meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat sehingga
pertumbuhan ekonomi disuatu daerah justru juga mengalami
peningkatan. Dimana semakin tinggi pendapatan nasional atau daerah maka semakin
besarlah harapan untuk pembukaan kapasitas produksi baru yang tentu saja akan
menyerap tenaga kerja baru. Pendapatan yang tinggi tercermin dari tingginya
pendapatan perkapita dan tumbuh secara positif dan berarti. Maka secara
relatifsemakin baik pertumbuhan ekonomi, maka semakin besarlah harapan untuk
tidak menganggur sehingga akan mendorong pemerataan pendapatan perkapita
sehingga mendorong meningkatnya indeks pembangunan manusia (Putong, 2009).
Dengan demikian IPM tidak mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi secara langsung sehingga pada
penelitian ini tidak ditemukan indeks pembangunan manusia (IPM) pengaruh
antara pertumbuhan ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi Selain itu ditemukannya
pengaruh kemiskinana terhadap Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara
menurut kabupaten/kota pada tahun 2017 juga disebabkan
keterbatasan cakupan penelitian yang melihat hanya dalam satu tahun berdasarkan
kabupaten/kota.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh
kemiskinan dan laju pertumbuhan ekonomi terhadap indeks pembangunan manusia,
maka dapat disimpulkan:
a) Kemiskinan berpengaruh dan signifikan terhadap
indeks pembangunan manusia di Provinsi Sumatera . Dari persamaan diketahui variabel kemiskinan
menunjukkan koefisien sebesar 0,01% artinya jika terjadi kenaikan kemiskinan sebesar
1% maka akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,01% artinya setiap peningkatan Kemiskinan akan
menurunkan persentase pertumbuhan ekonomi di Provinsi sumatera. Untuk variabel kemiskinan diperoleh t hitung
lebih besar dari t tabel sehingga Ho ditolak Ha diterima.
b) Pertumbuhan ekonomi menunjukkan koefisien
sebesar 0,07% artinya jika terjadi perubahan IPM sebesar 1% maka akan terjadi perubahan terhadap pertumbuhan ekonomi
sebesar 0,07%
artinya setiap perubahan pertumbuhan ekonomi akan mempengaruhi persentase pertumbuhan ekonomi di
Provinsi sumatera utara. Untuk variabel pertumbuhan ekonomi diperoleh t hitung lebih kecil dari t
tabel sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Dimana pada penelitian ini tidak
ditemukan pengaruh antara IPM terhadap pertumbuhan
ekonomi di Provinsi sumatera utara sehingga
hasil penelitian tidak dapat di interprestasikan.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di
atas, saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Untuk pemerintah diharapkan agar lebih
mewujudkan jalur strategi pembangunan terutama pro-masyarakat miskin agar
pertumbuhan ekonomi dapat mengurangi jumlah penduduk miskin sebesar-besarnya
dengan penyempurnaan sistem perlindungan sosial dan melakukan pemberdayaan
masyarakat dan pro-lapangan
kerja agar pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan
lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya dengan menekankaninvestasi pada pekerja.
b) Untuk meningkatkan pembangunan manusia di
Provinsi sumatera utara, pemerintah harus memfasilitasi infrastruktur pendidikan, kesehatan dan
bidang ekonomi, sehingga dalam hal ini diharapkan dapat meningkatkan nilai peertumbuhan ekonomi di
Provinsi sumatera utara dalam rangka peningkatan kualitas SDM untuk memacu pertumbuhan ekonominya
dengan memprioritaskan pelayanan prima dalam pendidikan, kesehatan, dan
pembangunan ekonomi.
c) Untuk peneliti selanjutnya, dapat memasukkan
variabel-variabel lainnya yang mempengaruhi indeks pembangunan manusia,
misalnya seperti : pengeluaran pemerintah bidang pendidikan, pengeluaran
pemerintah bidang kesehatan, pendapatan domestik bruto (PDB), kebijakan fiskal
dan ketimpangan distribusi pendapatan yang dapat mempengaruhi Indeks
Pembangunan Manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita,
Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Arif, Hubban. 2012. Analisis
Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Sumatera Utara .:
Badan Pusat
Statistik. Sumatera utara 2017. Kemiskinan Provinsi sumatera utara . BPS
Medan.
Badan Pusat
Statistik. Sumatera utara 2017. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi
sumatera utara . BPS Medan.
Badan Pusat
Statistik. Sumatera utara 2017.pertumbuhan ekonomi Provinsi sumatera utara .
BPS Medan.
Chalid,
Nursiah dan Yusbar Yusuf. 2014. Pengaruh Tingkat Kemiskinan, Tingkat
Pengangguran, Upah Minimum Kabupaten/Kota dan Laju Pertumbuhan Ekonomi terhadap
Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi sumatera utara. Jurnal Ekonomi
Pembangunan.
Komentar
Posting Komentar