TUGAS CJR EKONOMETRIKA KEL 2 BUNGA, MIRA, PRANSISKO
PENGARUH
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), INDEKS
PEMBANGUNAN MANUSIA(IPM) TERHADAP JUMLAH
KEMISKINAN DI SUMATERA UTARA
(Studi
pada 10 Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara Tahun 2016 – 2018)
Abstrak
Permasalahan
kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan bersifat multidimensional oleh
karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif,
mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu
(M Nasir, dkk, dalam Adit Agus Prasetyo, 2010). Upaya penanggulangan kemiskinan
di Jawa tengah dilaksanakan melalui lima pilar yang disebut “Grand Staretegy”. Pertama, perluasan
kesempatan kerja, ditujukan untuk menciptakan kondisi dan lingkungan ekonomi,
politik, dan sosial yang memungkinkan masyarakat miskin dapat memperoleh
kesempatan dalam pemenuhan hak-hak dasar dan peningkatan taraf hidup secara
berkelanjutan.Kedua, pemberdayaan masyarakat, dilakukan untuk mempercepat
kelembagaan sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyrakat dan memperluas
partisipasi masyrakat miskin dalam pengambilan keputusan kebijakan publik yang
menjamin kehormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar.Ketiga,
peningkatan kapasitas, dilakukan untuk pengembangan kemampuan dasar dan
kemampuan berusaha masyarakat miskin agar dapat memanfaatkan perkembangan
lingkungan. Keempat, perlindungan sosial, dilakukan untuk memberikan
perlindungan dan rasa aman bagi kelompok rentan dan masyarakat miskin baik
laki-laki maupunperempuan yang disebabkan antara lain oleh bencana alam, dampak
negatif krisis ekonomi, dan konflik sosial.
Kata
kunci : kemiskinan, pendapatan, indeks pembangunan manusia
PENDAHULUAN
Salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia
berdasarkan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu memajukan kesejahteraan
umum.Kesejahteraan umum merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual, dan sosial penduduk negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosial dan ekonominya
(BPS, 2016).Kesejahteraan umum di Indonesia dapat digambarkan salah satunya
berdasarkan tingkat kemiskinan di Indonesia.Terdapat hubungan negatif antara
kesejahteraan umum dengan tingkat kemiskinan di Indonesia.Semakin rendah
tingkat kemiskinan menggambarkan semakin tinggi kesejahteraan penduduk.
Permasalahan kemiskinan merupakan masalah yang
kompleks dan bersifat multidimensional oleh karena itu, upaya pengentasan
kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek
kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu (M Nasir, dkk, dalam Adit
Agus Prasetyo, 2010). Upaya penanggulangan kemiskinan di Jawa tengah
dilaksanakan melalui lima pilar yang disebut “Grand Staretegy”. Pertama,
perluasan kesempatan kerja, ditujukan untuk menciptakan kondisi dan lingkungan
ekonomi, politik, dan sosial yang memungkinkan masyarakat miskin dapat
memperoleh kesempatan dalam pemenuhan hak-hak dasar dan peningkatan taraf hidup
secara berkelanjutan.Kedua, pemberdayaan masyarakat, dilakukan untuk
mempercepat kelembagaan sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyrakat dan
memperluas partisipasi masyrakat miskin dalam pengambilan keputusan kebijakan
publik yang menjamin kehormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak
dasar.Ketiga, peningkatan kapasitas, dilakukan untuk pengembangan kemampuan dasar
dan kemampuan berusaha masyarakat miskin agar dapat memanfaatkan perkembangan
lingkungan. Keempat, perlindungan sosial, dilakukan untuk memberikan
perlindungan dan rasa aman bagi kelompok rentan dan masyarakat miskin baik
laki-laki maupunperempuan yang disebabkan antara lain oleh bencana alam, dampak
negatif krisis ekonomi, dan konflik sosial.
Kemiskinan menjadi salah satu masalah dalam
perekonomian di setiap negara, terutama negara berkembang seperti Indonesia.
Kemiskinan merupakan permasalahan yang bersifat kompleks, sehingga berbagai
upaya yang dilakukan dalam mengentaskan kemiskinan harus diimplementasikan
secara baik dan benar sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 34 ayat (1)
Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa “Fakir miskin dan anak-anak terlantar
dipelihara oleh pemerintah”. Data mengenai komposisi penduduk miskin di
Sumatera Utaradari tahun 2016- 2018 dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini:
Wilayah
|
Tahun
|
ppdmiskin
|
Nias
|
2016
|
17,64
|
Nias
|
2017
|
18,11
|
Nias
|
2018
|
16,37
|
Madina
|
2016
|
10,98
|
Madina
|
2017
|
11,02
|
Madina
|
2018
|
9,58
|
Tapsel
|
2016
|
11,15
|
Tapsel
|
2017
|
10,6
|
Tapsel
|
2018
|
9,16
|
Tapteng
|
2016
|
14,58
|
Tapteng
|
2017
|
14,66
|
Tapteng
|
2018
|
13,17
|
Taput
|
2016
|
11,25
|
Taput
|
2017
|
11,35
|
Taput
|
2018
|
9,75
|
Tobasa
|
2016
|
10,08
|
Tobasa
|
2017
|
10,19
|
Tobasa
|
2018
|
8,67
|
Labuhan
Batu
|
2016
|
8,95
|
Labuhan
Batu
|
2017
|
8,89
|
Labuhan
Batu
|
2018
|
8,61
|
Asahan
|
2016
|
11,86
|
Asahan
|
2017
|
11,67
|
Asahan
|
2018
|
10,25
|
Simalungun
|
2016
|
10,81
|
Simalungun
|
2017
|
10,65
|
Simalungun
|
2018
|
9,31
|
Dairi
|
2016
|
8,9
|
Dairi
|
2017
|
8,87
|
Dairi
|
2018
|
8,2
|
Dari tabel 1. 1 yang diatas menunjukkan
jumlah penduduk miskin di10 kota/kabupaten dalam Provinsi Sumatera Utara pada Tahun 2016-2018 yang cenderung menurun,
namun masih pada angka kemiskinan yang masih cukup tinggi serta penurunan nya
pun masih rendah.
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap tingkat
kemiskinan adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD).sumber pendanaan bagi
pelaksanaan pemerintahan daerah terdiri atas PAD, dana perimbangan (dana
transfer), dan lain-lain pendapatan yang sah. Kebijakan penggunaan
danadiserahkan kepada pemerintah daerah (Prakosa, 2004). Dalam pelaksanaan
desentralisasi, peran dana transfer tidak dapat dihindarkan mengingat otonomi
yang dilimpahkan menuntut daerah untuk dapat menyelesaikan berbagai urusan
pemerintahan yang menjadi wewenang daerah dalam hal pembiayaan. Untuk
menyelenggarakan otonomi daerah luas nyata dan bertanggungjawab, pemerintah
daerah dituntut mampu menggali sumber-sumber keuangan sendiri dalam rangka
membiayai penyelenggara pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang
menjadi kewenangan. Hal ini menandakan bahwa daerah harus berusaha untuk mampu
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), baik meningkatkan penerimaan
sumber-sumber PAD yang ada maupun penggalian sumber PAD yang baru sesuai dengan
ketentuan yang ada serta memperhatikan kondisi dan potensi ekonomi masyarakat,
karena PAD merupakan tolak ukur bagi daerah dalam menyelenggarakan dan
mewujudkan otonomi daerah. Pada prinsipnya semakin besar sumbangan PAD terhadap
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) akan menunjukkan semakin kecil
ketergantungan daerah kepada pusat. Berikut ini adalah data tabel 1.2 PAD di 10
Kota/Kabupaten Provinsi Sumatera Utara.
Wilayah
|
Tahun
|
PAD
|
Nias
|
2016
|
69414470
|
Nias
|
2017
|
77222210
|
Nias
|
2018
|
81393907
|
Madina
|
2016
|
85508995
|
Madina
|
2017
|
1E+08
|
Madina
|
2018
|
1,18E+08
|
Tapsel
|
2016
|
90666249
|
Tapsel
|
2017
|
81435847
|
Tapsel
|
2018
|
1,11E+08
|
Tapteng
|
2016
|
64005291
|
Tapteng
|
2017
|
72369935
|
Tapteng
|
2018
|
1E+08
|
Taput
|
2016
|
67183704
|
Taput
|
2017
|
94623509
|
Taput
|
2018
|
1,1E+08
|
Tobasa
|
2016
|
37451580
|
Tobasa
|
2017
|
44367570
|
Tobasa
|
2018
|
50147346
|
Labuhan Batu
|
2016
|
1,62E+08
|
Labuhan Batu
|
2017
|
1,64E+08
|
Labuhan Batu
|
2018
|
1,81E+08
|
Asahan
|
2016
|
1,05E+08
|
Asahan
|
2017
|
1,08E+08
|
Asahan
|
2018
|
1,22E+08
|
Simalungin
|
2016
|
1,2E+08
|
Simalungin
|
2017
|
2,14E+08
|
Simalungin
|
2018
|
6,62E+08
|
Dairi
|
2016
|
75647999
|
Dairi
|
2017
|
66344330
|
Dairi
|
2018
|
1,01E+08
|
Dari data diatas dapat
disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah di10 kota/kabupaten Provinsi Sumatera
Utara masih berfluktuasi hal ini akan berdampak terhadap jumlah kemiskinan di
10 kota/kabupaten tersebut.
Menurut Tambunan (2011) Tingkat pertumbuhan angkatan
kerja yang semakin cepat dan pertumbuhan lapangan yang agak melambat
menyebabkan masalah pengangguran yang ada di suatu daerah menjadi semakin
serius.Besarnya tingkat pengangguran merupakan cerminan kurang berhasilnya
pembangunan di suatu negara atau daerah. Dengan begitu Pengangguran akan
mempengaruhi kemiskinan dengan banyak cara. Menurut Sukirno (2012), dampak
buruk dari pengangguran ialah mengurangi pendapatan masyarakat, yang pada
akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang dicapai masyarakat.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menunjukan
jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unti usaha dalam suatu
wilayah, atau secara umum PDRB. Laju pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan PDRB
tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil menurut
Sukirno ( 2000 ). PDRB merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah.PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan
oleh berbagai kegiatan ekonomi disuatu daerah dalam suatu periode (Hadi Sasana,
2006).Jadi semkain rendah PDRB suatu daerah, maka semakin kecil pula potensi
sumber penerimaan daerah tersebut.Berikut adalah data tabel1.3 PDRB dari tahun
2016 -2018 di 10 kota/kabupaten Provinsi Sumatera Utara.
Wilayah
|
Tahun
|
PDRB
|
Nias
|
2016
|
2966,28
|
Nias
|
2017
|
3233,75
|
Nias
|
2018
|
3509,49
|
Madina
|
2016
|
10661,04
|
Madina
|
2017
|
11712,55
|
Madina
|
2018
|
12618,05
|
Tapsel
|
2016
|
10964,77
|
Tapsel
|
2017
|
11983,06
|
Tapsel
|
2018
|
12902,18
|
Tapteng
|
2016
|
7849,65
|
Tapteng
|
2017
|
8555,48
|
Tapteng
|
2018
|
9229,98
|
Taput
|
2016
|
6300,29
|
Taput
|
2017
|
6765,69
|
Taput
|
2018
|
7296,78
|
Tobasa
|
2016
|
6135,37
|
Tobasa
|
2017
|
6656,29
|
Tobasa
|
2018
|
7166,99
|
Labuhan Batu
|
2016
|
26505,24
|
Labuhan Batu
|
2017
|
29030,57
|
Labuhan Batu
|
2018
|
31302,58
|
Asahan
|
2016
|
29206,69
|
Asahan
|
2017
|
32023,19
|
Asahan
|
2018
|
34666,91
|
Simalungin
|
2016
|
30186,08
|
Simalungin
|
2017
|
32860,29
|
Simalungin
|
2018
|
35444,57
|
Dairi
|
2016
|
7433,62
|
Dairi
|
2017
|
8044,63
|
Dairi
|
2018
|
8736,34
|
Dari tabel 1.3 di atas bahwa menggambarkan Laju Pertumbuhan PDRB di
Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah
fluktuatif namun cenderung naik.
Kualitas sumber daya manusia juga dapat menjadi
faktor penyebab terjadinya penduduk miskin.Kualitas sumber daya manusia dapat
dilihat dari indeks kualitas hiudp/indeks pembangunan manusia. Rendahnya IPM
akan berakibat pada rendahnya produktivitas kerja dari penduduk. Untuk
menghasilkan manusia yang berkualitas diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan
kualitas SDMnya.Adapun kualitas manusia dapat diukur melalui IPM. Menurut
Mulyadi (2003) bahwa peningkatan kualitas manusia dapat dipenuhi dengan
berbagai kebijakan, yaitu pembangunan pendidikan juga akan memperhatikan arah
pembangunan ekonomi dimasa yang akan datang, pembangunan kesehatan harus
mendapat perhatian dengan menanamkan budaya hidup sehat serta memperluas
cakupan dan mutu pelayanan kesehatan, untuk penduduk miskin peningkatan
kualitasnya dilakukan dengan memberikan keterampilan praktis.
Menurut Ginting (2008) menyatakan pembangunan
manusia di Indonesia identik dengan pengurangan kemiskinan.Investasi dibidang
pendidikan dan kesehatan akan lebih berarti bagi penduduk miskin dibandingkan
penduduk tidak miskin, karena aset utama penduduk miskin adalah tenaga kasar.
Tersedianya fasilitas pendidikan dan kesehatan murah akan sangat membantu
untukmeningkatkan produktivitas masyarakat. Data mengenai pertumbuhan IPM
(Indeks Pembangunan Manusia) di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat dalam
Tabel 1.4 sebagai berikut.
Wilayah
|
Tahun
|
IPM
|
Nias
|
2016
|
59,75
|
Nias
|
2017
|
60,21
|
Nias
|
2018
|
60,82
|
Madina
|
2016
|
64,55
|
Madina
|
2017
|
65,13
|
Madina
|
2018
|
65,83
|
Tapsel
|
2016
|
68,04
|
Tapsel
|
2017
|
68,69
|
Tapsel
|
2018
|
69,1
|
Tapteng
|
2016
|
67,27
|
Tapteng
|
2017
|
67,96
|
Tapteng
|
2018
|
68,27
|
Taput
|
2016
|
71,96
|
Taput
|
2017
|
72,38
|
Taput
|
2018
|
77,91
|
Tobasa
|
2016
|
73,61
|
Tobasa
|
2017
|
73,87
|
Tobasa
|
2018
|
74,48
|
Labuhan Batu
|
2016
|
70,5
|
Labuhan Batu
|
2017
|
71
|
Labuhan Batu
|
2018
|
71,39
|
Asahan
|
2016
|
68,71
|
Asahan
|
2017
|
69,1
|
Asahan
|
2018
|
69,49
|
Simalungin
|
2016
|
71,48
|
Simalungin
|
2017
|
71,83
|
Simalungin
|
2018
|
72,49
|
Dairi
|
2016
|
69,61
|
Dairi
|
2017
|
70,36
|
Dairi
|
2018
|
70,89
|
Menurut BPS (2016) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas
hidup.Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga
dimensi dasar.Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan,
dan kehidupan yang layak.Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat
luas karena terkait banyak faktor.Untuk mengukur dimensi kesehatan digunakan
angka harapan hidup waktu lahir.Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan
digunakan gabungan indikator rata-rata lama sekolah dan harapan lama
sekolah.Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan
daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok makanan dan bukan
makanan, yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai
pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.Tabel
1.4 menunjukan perkembangan IPM dari tahun 2016 -2018 terus mengalami kenaikan
dari tahun ketahun dengan tingkat pertumbuhan tiap tahunnya yang cukup baik.
Sehubungan dengan uraian di atas, maka perlu
dilakukan peneltiian mengenai pengaruh Pengaruh Pendapatan Asli Daerah(PAD) ,
Produk Domestik Regional Bruto(PDRB), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
terhadap jumlah penduduk miskin di 10 kota/kabupaten Provinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan
latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana
pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Jumlah Penduduk Miskin di
Provinsi Sumatera Utara.
2. Bagaimana
pengaruh Produc Domestic Regional Bruto (PDRB) terhadap Jumlah Penduduk Miskin
di Provinsi Sumatera Utara.
3. Bagaimana
pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Jumlah Penduduk Miskin di
Provinsi Sumatera Utara.
4. Bagaimana
pengaruh PAD, PDRB, IPM terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera
Utara.
Berdasarkan
Tujuan Penelitian yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1.
Untuk mengentahui pengaruh
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi
Sumatera Utara.
2.
Untuk mengetahui
pengaruh Produc Domestic Regional Bruto (PDRB) terhadap Jumlah Penduduk Miskin
di Provinsi Sumatera Utara.
3.
Untuk mengentahui
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi
Sumatera Utara.
4.
Untuk mengentahui
pengaruh PAD, PDRB, IPM terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera
Utara.
Manfaat yang diperoleh
dari penelitian ini adalah:
1.4.1
Manfaat Teoritis
Untuk
menambah pengetahuan serta lebih mendukung teori-teori tentang metode
pembelajaran sehubungan dengan masalah yang diteliti dan sebagai dasar untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut.
1.4.2
Manfaat Praktis
Dalam
hal ini ada beberapa manfaat praktis dari penelitian ini adalah :
1.
Pemerintah Penelitian ini diharapkan mampu
memberikan informasi yang berguna didalam memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kemiskinan sehingga dapat diketahui faktor-faktor apa saja
yang perlu dipacu untuk mengatasi kemiskinan
2.
IPTEK Penelitian ini diharapkan mampu sebagai
bahan masukan untuk mengetahui penyebab besarnya jumlah penduduk miskin di
Provinsi Sumatera Utara dan sebagai referensi bagi peneltian untuk di lanjuti
lagi yang tertatik dengan kemiskinan
3.
Untuk masyarakat Memberikan informasi yang
berguna bagi pihak terkait dan berkepentingan, serta hasil penelitian ini
sebagai referensi atau acuan untuk melakukan penelitian.
KAJIAN TEORI
2.1 Kemiskinan
Kemsikinan
adalah kondisi anggota masyarakat yang tidak atau belum ikut serta dalam proses
perubahan karena tidak mempunyai kemampuan, baik kemampuan kepemilikan faktor
produksi, maupun kualitas faktor produksi yang tidak memadai, sehingga tidak
mendapatkan manfaat dari hasil proses pembangunan. Masalah kemiskinan ini sudah
menjadi suatu hal yang fenomenal di Negara berkembang khususnya Negara
Indonesia, dikarenakan rendahnya penghasilan kualitas sumber daya manusia (SDM)
itu sendiri.
Kuncoro
(2010) adanya kemiskinan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, adapun
sebab-sebabnya : 1. Secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan
pola kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang
timpang. 2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya
manusia (SDM), kualitas SDM yang rendah berarti produktivitasnya rendah yang
pada akhirnya akan mengakibatkan perolehan upah yang rendah juga. Keadaan
rendahnya kualitasSDM ini diakibatkan oleh rendahnya pendidikan di kalangan
penduduk miskin, selain itu ada faktor diskriminasi atau keturunan. 3.
Kemiskinan muncul dikarenakan perbedaan akses dalam modal.
2.2 PAD terhadap Kemiskinan
Pendapatan
Asli Daerah (PAD) menurut UU No.33 Tahun 2004 adalah pendapatan yang diperoleh
daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. PAD merupakan salah satu sumber pendapatan
daerah yangdiperoleh dari sumber-sumber penerimaan di daerah. Pelaksanaan
pembangunan di daerah membutuhkan dana yang cukup banyak dan dalam hal ini
daerah tidak bisa hanya menggantungkan dana perimbangan dari pusat, sehingga
daerah harus dapat menggali potensi daerahnya untuk dapat digunakan sebagai
pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan daerah dalam era
otonomi daerah demi meningkatkan pendapatannya.
Pendapatan
asli daerah (PAD) adalah sumber penerimaan daerah asli yang digali di daerah
tersebut untuk digunakan sebagai modal dasar pemerintah daerah dalam membiayai
pembangunan daerah. Menurut (Pujiati 2008), dengan adanya kewenangan daerah
dalam mengoptimalkan PAD, akan memberikan peningkatkan komposisi PAD itu
sendiri sebagai penerimaan daerah. Peningkatan PAD yang dianggap sebagai modal,
secara akumulasi akan lebih banyak menimbulkan eksternalisasi yang bersifat
positif dan akan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
2.3 PDRB Terhadap Kemiskinan
Kuncoro
(2004) menyatakan bahwa pendekatan pembangunan tradisional lebih dimaknai
sebagai pembangunan yang lebih memfokuskan pada peningkatan PDRB suatu
provinsi, kabupaten, atau kota. Sedangkan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat
dari pertumbuhan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).Umumnya PDRB baru
dihitung berdasarkan dua pendekatan, yaitu dari sisi sektoral atau lapangan
usaha dan dari sisi penggunaan.Kemudian PDRB juga dihitung berdasarkan
hargaberlaku dan harga konstan.Total PDRB menunjukan jumlah seluruh nilai
tambah yang dihasilkan oleh penduduk dalam periode tertentu.
Produk
Domestik Regional Bruto menurut BPS (2013) merupakan jumlah nilai tambah yang
dihasilkan seluruh unit produksi baik berupa barang dan jasa dalam suatu
wilayah.Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku menggambarkan
nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga setiap tahunnya,
digunakan untuk menunjukan besarnya struktur perekonomian dan peranan sektor
ekonomi yang ada.Sedangkan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga
konstan menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan
harga pada tahun tertentu sebagai dasar acuan yang ada, digunakan untuk melihat
pola pertumbuhan dari tahun ke tahun.
2.4 IPM Terhadap Kemiskinan
Indeks
pembangunan manusia menurut BPS yaitu menjelaskan bagaimana penduduk dapat
mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendidikan, pendapatan, kesehatan,
dan sebagainya.Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diperkenalkan oleh United
Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara
berkala dalam laporan tahunan.Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibentuk oleh
tiga dimensi dasar, yaitu diantaranya umur panjang, pengetahuan, dan standar
hidup layak.IPM merupakan ukuran untuk melihat dampak kinerja pembangunan
wilayah, karena memperlihatkan kualitas penduduk suatu wilayah dalam hal
harapan hidup, intelektualitas dan standar hidup layak.Saat perencanaan pembangunan,
IPM juga berfungsi memberikan tuntunan menentukan prioritas dalam merumuskan
kebijakan dan menentukan program.
2.5 Studi Terdahulu
Soejoto
dan Karisma (2013) memaparkan bahwa kemiskinan merupakan masalah pembangunan di
berbagai bidang yang ditandai oleh keterbatasan, ketidakmampuan, dan
kekurangan.Pada penelitian ini menggunakan metode analisis regresi liniear
berganda dengan menggunakan teknik pengumpulan data sekunder dalam bentuk time
series dari tahun 2001- 2011.Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu
tingkat kemiskinan sebagai variabel dependen, pertumbuhan ekonomi dan
pengangguran sebagai variabel independen.Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa
pertumbuhan ekonomi memiliki korelasi negatif dengan kemiskinan. Dan tingkat
pengangguran memiliki korelasi positif pada kemiskinan, dimana jikapengangguran
naik maka kemiskinan juga akan naik atau meningkat pada wilayah provinsi Jawa
Timur.
Paramita,
dkk (2016) memaparkan bahwa upaya pengentasan kemiskinan adalah usaha serius
yang harus dilakukan oleh pemerintah.Tingkat kemiskinan menjadi variabel
dependen pada penelitian ini, dan pertumbuhan PDRB, tingkat pendidikan, dan
tingkat pengangguran sebagai variabel independen.Data yang digunakan yaitu
berbentuk data sekunder tahun 2004-2013, alat analisis yang digunakan yaitu
dengan metode regresi liniear berganda.Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa
pertumbuhan PDRB, pendidikan dan pengangguran berpengaruh terhadap tingkat
kemiskinan di Provinsi Sumatera Selatan.
Rusdarti dan Lesta (2013) meneliti data sekunder
dengan menggunakan variabel dependen kemiskinan dan variabel independen Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), pengangguran, dan belanja publik.Pada
penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier berganda.Hasil dari
penelitian ini yaitu bahwa variabel PDRB, dan belanja publik berpengaruh
signifikan terhadap kemiskinan, sedangkan variabel pengangguran tidak
berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Jawa Tengah.
2.6 Hipotesis Penelitian.
Berdasarkan
teori dan penelitian terdahulu maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Diduga
PAD mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di
Provinsi Sumatera Utara.
2. Diduga
PDRB mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di
Provinsi Sumatera Utara.
3. Diduga
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara.
4.
Diduga variabel PAD,
PDRB, , Indeks Pembangunan Manusia (IPM secara bersama-sama berpengaruh
terhadap kemiskinan di 10 Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian dapat digolongkan menjadi dua yaitu
: penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif
didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati.Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dari individu tersebut
secara holistic atau utuh.Jadi, dalam hali ini tidak boleh mengisolasikan individu
atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya
sebagai suatu keutuhan.
Dapat dikatakan bahwa metode kualitatif merupakan
penelitian yang datanya berupa kata-kata (bukan angka) yang berasal dari
wawancara, catatan laporan, dokumen dan lain-lain atau penelitian yang
didalamnya mengutamakan untuk pendeskripsian secara analisis suatu peristiwa
atau proses sebagaimana adanya dalam lingkungan tersebut untuk memperoleh makna
yang mendalam dari proses tersebut.
Ditinjau dari permasalahan yang ada dalam penelitian
ini maka, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif.Pendekatan kuantitatif
adalah suatu penelitian yang hasilnya disajikan dalam bentuk deskripsi dengan
menggunakan angka-angka.Pendekatan yang digunakan peneliti pada penelitian ini
adalah pendekatan kuantitatif karena karakteristik yang dilakukan sesuai dengan
ciri ciri penelitian kuantitatif.Penelitian kuantitatif merupakan salah satu
kegiatan penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan
terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain, baik tentang
tujuan penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, sampel, sumber data,
maupun metodologinya (mulai pengumpulan data hingga analisis data).
Dalam pendekatan ini peneliti banyak dituntut menggunakan
angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran data tersebut, serta penampilan
hasil akhir.Oleh karena itu data yang terkumpul harus diolah secara statistic,
agar dapat ditafsir dengan baik. Data yang diolah tersebut diperoleh melalui
nilai hasil post test untuk mengetahui Pengaruh PAD, PDRB, dan IPM terhadap
Jumlah Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2016-2018.
Variabel penelitian adalah gejala penelitian yang
menjadi fokus peneliti yang diamati.Variabel adalah kontruk yang sifat-sifatnya
sudah diberi nilaidalam bentuk bilangan atau konsep yang mempunyai dua nilai
atau lebih. Variabel penelitian terdiri
atas dua yaitu :
1. Variabel Bebas(Independen)
Variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
terikat (dependen).Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah Jumlah
Penduduk.
2. Variabel
Terikat (Dependen)
Variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(Independen).Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah PAD, PDRB, IPM.
1. Jumlah
Penduduk Miskin
Menurut Badan Pusat Statistik (2010), penduduk
miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan
dibawah garis kemiskinan. Penetapan perhitungan garis kemiskinan dalam
masyarakatadalah masyarakat yang berpenghasilan dibawah Rp 7.057 per orang per
hari.Penetapan angka Rp 7.057 per orang per hari tersebut berasal dari
perhitungan garis kemiskinan yang mencakup kebutuhan makanan dan non
makanan.Untuk kebutuhan minimum makanan disetarakan dengan 2.100 kilokalori per
kapita per hari. Garis kemiskinan non makanan adalah kebutuhan minimum untuk
perumahan (luas lantai bangunan, penggunaan air bersih, dan fasilitas tempat
pembuangan air besar); pendidikan (angka melek huruf, wajib belajar 9 tahun,
dan angka putus sekolah); dan kesehatan (rendahnya konsumsi makanan bergizi,
kurangnya sarana kesehatan serta keadaan sanitasi dan lingkungan yang tidak
memadai). Sedangkan ukuran menurut World Bank menetapkan standar kemiskinan berdasarkan pendapatan per
kapita.Penduduk yang pendapatan per kapitanya kurang dari sepertiga rata-rata
pendapatan perkapita nasional, maka termasuk dalam kategori miskin. Dalam
konteks tersebut, maka ukuran kemiskinan menurut World Bank adalah USD
$2 per orang per hari.
2. Pendapatan
Asli Daerah
Dalam pelaksanaan desentralisasi, peran dana
transfer tidak dapat dihindarkan mengingat otonomi yang dilimpahkan menuntut
daerah untuk dapat menyelesaikan berbagai urusan pemerintahan yang menjadi
wewenang daerah dalam hal pembiayaan. Untuk menyelenggarakan otonomi daerah
luas nyata dan bertanggungjawab, pemerintah daerah dituntut mampu menggali
sumber-sumber keuangan sendiri dalam rangka membiayai penyelenggara
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang menjadi kewenangan. Hal ini
menandakan bahwa daerah harus berusaha untuk mampu meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD), baik meningkatkan penerimaan sumber-sumber PAD yang ada maupun
penggalian sumber PAD yang baru sesuai dengan ketentuan yang ada serta
memperhatikan kondisi dan potensi ekonomi masyarakat, karena PAD merupakan
tolak ukur bagi daerah dalam menyelenggarakan dan mewujudkan otonomi daerah.
Pada prinsipnya semakin besar sumbangan PAD terhadap Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) akan menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah
kepada pusat.
3. Produk
Domestik Regional Bruto(PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menunjukan
jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unti usaha dalam suatu
wilayah, atau secara umum PDRB. Laju pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan PDRB
tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil menurut
Sukirno ( 2000 ). PDRB merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah.PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan
oleh berbagai kegiatan ekonomi disuatu daerah dalam suatu periode (Hadi Sasana,
2006).Jadi semkain rendah PDRB suatu daerah, maka semakin kecil pula potensi
sumber penerimaan daerah tersebut.
4. Indeks
Pembangunan Manusia
Menurut Badan Pusat Statistik (2007), Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran capaian pembangunan manusia berbasis
sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM menggambarkan beberapa komponen,
yaitu capaian umur panjang dan sehat yang mewakili bidangadalah masyarakat yang
berpenghasilan dibawah Rp 7.057 per orang per hari.Penetapan angka Rp 7.057 per
orang per hari tersebut berasal dari perhitungan garis kemiskinan yang mencakup
kebutuhan makanan dan non makanan.Untuk kebutuhan minimum makanan disetarakan
dengan 2.100 kilokalori per kapita per hari. Garis kemiskinan non makanan
adalah kebutuhan minimum untuk perumahan (luas lantai bangunan, penggunaan air
bersih, dan fasilitas tempat pembuangan air besar); pendidikan (angka melek
huruf, wajib belajar 9 tahun, dan angka putus sekolah); dan kesehatan
(rendahnya konsumsi makanan bergizi, kurangnya sarana kesehatan serta keadaan
sanitasi dan lingkungan yang tidak memadai).
Untuk mencapai tujuan penelitian dalam menganalisis
jumlah penduduk miskin, jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data
kuantitatif terdiri dari data jumlah penduduk miskin, data indeks pembangunan
manusia, data PDRB dan PAD . Data yang digunakan sebagai latar belakang berupa
tahun periode 2016- 2018 .Sedangkan data yang digunakan sebagai observasi
adalah data antar ruang (cross section) di Provinsi Sumatera Utara.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi
atau sudah dikumpulkan dari sumber lain dan diperoleh dari pihak lain seperti
buku-buku literatur, catatan-catatan atau sumber yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti. Adapun data yang diambil adalah 10 Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara dan Tahun yang dipilih adalah tahun 2016sampai dengan
tahun 2018.
1. Populasi
Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian untuk ditarik kesimpulannya. Populasi (universe) adalah totalitas dari
semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan
lengkap yang akan diteliti (bahan penelitian). Populasi adalah keseluruhan
aspek tertentu dari ciri, fenomena, atau konsep yang menjadi pusat perhatian
dalam suatu studi atau penelitian. Dari beberapa pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Adapun
yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah Seluruh Kota/Kabupaten di
Provinsi Sumatera Utara.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel adalah bagian
dari populasi yang diambil melalui caracara tertentu yang juga memiliki
karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bias mewakili
populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel jenuh.Sampel
jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel.Dengan demikian, sampel dalam penelitian ini adalah 10 Kota/Kabupaten
Di Provinsi Sumatera Utara.
PEMBAHASAN
- Model common effect.
Teknik ini merupakan teknik yang paling sederhana untuk
mengestimasi parameter model data panel, yaitu dengan mengkombinasikan data cross
section dan time series sebagai satu kesatuan tanpa melihat adanya
perbedaan waktu dan individu. Pendekatan yang dipakai pada model ini adalah
metode Ordinary Least Square (OLS).
2. Model fixed
effect.
Pendekatan ini didasarkan adanya perbedaan intersep antar
perusahaan namun intersepnya sama antar waktu. Model ini juga mengasumsikan
bahwa slope tetap antar perusahaan dan antar waktu.
3.Modelrandom
effect.
Teknik ini akan mengestimasi data panel dimana variabel
gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Perbedaan
antar individu dan antar waktu diakomodasi lewat error.
1.
Uji
Chow (FEM vs CEM)
Pengujian untuk menentukan model fixed effect atau common
effect yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi data panel.
Pengambilan keputusan dilakukan jika:
Nilai prob. Cross section F < batas
kritis, maka tolak H0 atau memilih fixed effect dari padacommon
effect.Nilai prob. Cross
section F > batas kritis, maka terima H0 atau memilih common
effect dari pada fixed effect.
Perintah eviews:Tampilkan output fixed effect ->
view -> fixed/random effect testing -> redundant fixed effect –
likelihood ratio
Hasil dari pengujian Uji Chow dari penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini :
Diperoleh hasil
berupa nilai probabilitas cross
section F sebesar 0,0000. Dikarenakan nilai
prob. Cross section F < batas kritis 0,05, maka tolak
H0 atau memilih Fixed Effect
dari padacommon effect.
2.
Uji
Hausman (FEM vs REM)
Pengujian statistik untuk memilih apakah model fixed effect atau random
effect yang paling tepat digunakan. Pengambilan keputusan dilakukan jika:
Nilai chi squares hitung >chi squares tabel
atau nilai probabilitas chi squares< taraf signifikansi, maka tolak
H0 atau memilih fixed effect dari pada random effect.Nilai
chi squares hitung <chi squares tabel atau nilai probabilitas chi
squares> taraf signifikansi, maka tidak menolak H0 atau memilih random
effect dari pada fixed effect.
Perintah eviews:Tampilkan output random effect ->
view -> fixed/random effect testing -> correlated random effect – hausman
test
Hasil dari pengujian Uji Hausman dari penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini :
Diperoleh hasil berupa nilai probabilitas chi squares sebesar
0,5102 Karena nilai probabilitas chi squares lebih besar
dari taraf signifikansi (0,5102>0,05), artinya tidak menolak H0 atau model Random
Effect lebih
tepat dibandingkan model fixed effect.
Dalam hasil uji Chow dan
Hausman yang didapat oleh peneliti bahwasanya model yang tepat dalam penelitian
ini adalah Model Random Effect.
1.
UJI
AUTOKORELASI
Autokorelasi muncul karena
residual yang tidak bebas antar satu observasi ke observasi lainnya (Kuncoro,
2011). Hal ini disebabkan karena error pada individu cenderung mempengaruhi
individu yang sama pada periode berikutnya. Masalah autokorelasi sering terjadi
pada data time series (runtut waktu). Deteksi autokorelasi
pada data panel dapat melalui uji Durbin-Watson. Nilai uji Durbin-Watson
dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-Watson untuk mengetahui keberadaan
korelasi positif atau negatif (Gujarati, 2012).Keputusan mengenai keberadaan
autokorelasi :
Ø Jika d < dl, berarti
terdapat autokorelasi positif
Ø Jika d > (4 – dl), berarti
terdapat autokorelasi negatif
Ø Jika du < d < (4 – dl), berarti tidak
terdapat autokorelasi
Ø Jika dl < d < du atau (4 – du), berarti tidak dapat
disimpulkan
Hasil
Uji Autokorelasi dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.3 di bawah
ini.
Dengan jumlah k = 4, n = 10, alpha = 0,05 didapatkan dl =
0,5253, du =2,1282
Karena du < d < (4 – dl),maka dalam penelitian ini
tidak terdapat autokorelasi
2.
Uji
HETEROSKEDASTISITAS
Uji glejser meregresikan
variabel-variabel bebas terhadap residual absolut.Residual adalah selisih
antara nilai observasi dengan nilai prediksi, sementara absolut adalah nilai
mutlaknya.
Sebelum melakukan uji glejser, buat terlebih dahulu
residual absolutnya. Dengan cara klik genr pada workfile >
ketik: resabs= abs(resid) pada kolom equation nya > ok/enter.genr
resabs=abs(resid)Regresikan resabs dengan seluruh variabel independen.
Hasil
UjiHeteroskedastisitas
dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.4 di bawah ini.
Apabila nilai prob.
< 0,05 maka adanya heteroskedastisitas. Sebaliknya apabila nilai
probabilitas pada setiap variabel independen> 0,05 maka terbebas
dari planggaran asumsi heteroskedastis
Dalam
penelitian ini terdapat satu variable yang terdapat heteroskedastisitas yaitu
PDRB, hal ini terjadi karena nilai prob nya lebih kecil dari nilai Alpha,
sedangkan dua variable lainnya terbebas
dari planggaran asumsi heteroskedastis karena nilai prob nya lebih besar dari
nilai Alpha.
3.
UJI MULTIKOLINEARITAS
Uji
Multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat angka korelasi antar variabel
independen dengan kriteria <0,80 atau <0,90. Caranya adalah:Tampilkan
output regresi panel dengan model yang telah terpilih. Kemudian klik
quick > group statistic > correlations > masukkan
variabel independen saja > ok
Hasil
UjiMULTIKOLINEARITAS
dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.5di bawah ini:
Dalam penelitian ini semua
terdapat dalam Multikolinearitas karena angka korelasi antar variabel
independen <0,80 atau <0,90.
4.
UJI NORMALITAS
Uji Normalitas adalah
sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai sebaran data
pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah sebaran data tersebut
berdistribusi normal ataukah tidak. Uji Normalitas berguna untuk
menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari
populasi normal.
Dalam
penelitian inidata yang
telah dikumpulkan oleh peneliti berdistribusi normal atau diambil dari populasi
normal dengan cara melihat nilai dari Gunakan Histogram – Normality Test dengan
kriteria penilaian Prob > alpha 0,05.
5.
INTERPRETASI:PENGUJIAN HIPOTESIS
metode pengambilan
keputusan yang didasarkan dari analisis data, baik dari percobaan yang
terkontrol, maupun dari observasi (tidak terkontrol).
Dalam statisk sebuah hasil bisa dikatakan signifikansi secara
statistik jika kejadian tersebut hampir tidak mungkin disebabkan oleh faktor
yang kebetulan, sesuai dengan batas probabilitas yang sudah ditentukan
sebelumnya.
1.
Uji Signifikansi
a)
Parsial
Bertujuan untuk mengetahui
pengaruh variable independen terhadap variable dependen secara
parsial/individu.
Ø
Menggunakan probality (0,05)
Probality Pendapatan Asli Daerah 0.2838 > 0.05 maka kesimpulan variabel PAD tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel Jumlah Penduduk Miskin.
ProbalityPDRB 0.1520> 0,05 maka
kesimpulan variabel PDRB tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel Jumlah Penduduk Miskin
Probality IPM 0.0005 <maka kesimpulan variabel IPM berpengaruh
signifikan terhadap variabel Jumlah Penduduk Miskin
b)
Simultan
Bertujuan untuk mengetahui
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan
(bersamasama)
Ø
Menggunakan
F-tabel dan F-hitung
F-statistic variabel independen 10.56943 > dari F-tabel 3,7145 maka
dapat dismpulkan seluruh variabel indepen secara simultan berpengaruh
signifikansi terhadap variabel dependen.
2.
Uji
Determinasi
Bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar kemampuan semua variabel bebas dalam menunjukkan
variabel terikat.
Dalam
penelitian ini variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen
sebesar 54% dan sisanya 46% lagi
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
3.
Koefesien
Regresi
Bertujuan
untuk menunjukkan arah dan besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat Dalam penilitian ini semua variabel bebas berpengaruh negative terhadap
variabel terikat:
Ø
Ketika
Pendapatan Asli Daerah (PAD) naik satu satuan maka akan menyebabkan Jumlah
Penduduk Miskin turun sebesar 1,62 E09
Ø
Ketika
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) naik satu satuan maka akan menyebabkan
Jumlah Penduduk Miskin turun sebesar 8,13E05
Ø
Ketika
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) naik satu satuan maka akan menyebabkan Jumlah
Penduduk Miskin turun sebesar 0,381425
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Variabel PDRB
menunjukkan hubungan yang negatif terhadap Kemiskinan di Provinsi Sumatera
Utara . Hasil uji ini sesuai terhadap teori dan penelitian terdahulu yang
menjadi landasan teori dalam penelitian ini. Hasil ini sesuai dengan teori
menurut Kuznet (2001), pertumbuhan dan kemiskinan mempunyai korelasi yang
sangat kuat, karena pada tahap awal proses pembangunan tingkat kemiskinan cenderung
meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir pembangunan jumlah orang miskin
berangsur-angsur berkurang.
Variabel PAD
menunjukkan hubungan yang negatif terhadap Kemiskinan di Provinsi Sumatera
Utara .Dari sisi ekonomi, kemiskinan menunjukkanketidakmampuan seseorang untuk
memenuhi kebutuhan makanan maupunnon makanan yang bersifat mendasar, sedangkan
dari sisi sosial menunjukkanketidakmampuan dalam peran sosial. Banyak faktor
yang menyebabkan kemiskinan,baik yang relatif tetap maupun yang berkembang.
Faktor yang relatif tetap misalnyaletak geografis dan daya dukung
alam.Sementara faktor yang berkembang adalahberupa keadaan sosial, keadaan
budaya yang menyangkut pengetahuan danketerampilan, adat-istiadat, situasi
politik dan kebijaksanaan penguasa. Menurutpakar ekonomi ada beberapa indikator
yang menyebabkan orang terperangkapkemiskinan (Todaro 1995).
Variabel IPM
menunjukkan hubungan yang negatif terhadap Kemiskinan di Provinsi Sumatera
Utara .Menurut Rencana Kerja Pemerintah Bidang Prioritas PenanggulanganKemiskinan,
penyebab kemiskinan adalah pemerataan pembangunan yang belummenyebar secara
merata terutama di daerah pedesaan. Penduduk miskin di daerahpedesaan pada
tahun 2006 diperkirakan lebih tinggi dari penduduk miskin didaerah
perkotaan.Kesempatan berusaha di daerah pedesaan dan perkotaan belumdapat
mendorong penciptaan pendapatan bagi masyarakat terutama bagi rumahtangga
miskin. Penyebab yang lain adalah masyarakat miskin belum mampumenjangkau
pelayanan dan fasilitas dasar seperti pendidikan, kesehatan, airminum dan
sanitasi, serta transportasi. Gizi buruk masih terjadi di lapisanmasyarakat
miskin.Hal ini disebabkan terutama oleh cakupan perlindungan sosialbagi
masyarakat miskin yang belum memadai. Bantuan sosial kepada masyarakatmiskin,
pelayanan bantuan kepada masyarakat rentan (seperti penyandang cacat,lanjut
usia, dan yatim-piatu), dan cakupan jaminan sosial bagi rumah tangga.
Dari keseluruhan uji yang dilakukan, ketiga variabel
independen yaitu variabel PAD,PDRB , dan IPM dapat dinyatakan mempengaruhi
variabel Kemiskinan yang mana sebagai variabel dependen pada penelitian ini
Pemerintah perlu memberi perhatian yang lebih
terkait kemiskinan di Sumatera Utara.Sinerginya informasi dan kebijakan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah diharapkan dapat lebih mengoptimalkan
hasil yang diharapkan dapat mengurangi kemiskinan di Sumatera Utara.
DAFTAR PUSTAKA
Harry A P Sitaniopessy 2013 Jurnal pengaruh
pengeluaran pemerintah terhadap PDRB dan PAD, Politeknik Ambon
Arifin, Zainal.
(2010). Analisis Pertumbuhan
Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja Di Jatim. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang.
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2015, Sumatera Utara Dalam Angka
Tahun 2018. Medan
Dewi Maharani , (2016) Analisis Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja
Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Di Sumatera Utara
Komentar
Posting Komentar